BAB II
A.
Pengertian Ilmu kalam,filsafat, dan
tasawuf
Ilmu kalam biasa di sebut dengan
beberapa nama, Antara lain: Ilmu Ushuluddin, Ilmu Tauhid, Fiqh Al-Akbar, dan
Teologi islam[1] .
Disebut ilmu ushuluddin karena ilmu ini
membahas pokok-pokok agama (ushuluddin); disebut ilmu tauhid karena ilmu ini membahas keesaan Allah Swt. Di dalamnya di kaji pula tentang
asma’ (nama-nama) dan af’al (perbuatan-perbuatan) Allah yang wajib, mustahil
dan ja’iz, sifat yang wajib, mustahil ,dan ja’iz, bagi Rasul-Nya.[2]
Ilmu Tauhid sendiri sebenarnya membahas keesaan Allah Swt, dan
hal-hal yang berkaitan dengannya, Ilmu kalam
sama dengan ilmu tauhid, tetapi
argumentasi ilmu kalam lebih dikonsentrasikan pada penguasaan logika.
Menurut William L. Resee filsafat berasal dari kata Yunani Philo dan Sophia, Philos
artinya mencintai (terhadap) dan Sophia artinya (kebijaksanaan). Filsafat
diartiakn juga dengan sahabat pengetahuan. Selanjutnya ia mengatakan
bahwa pengertian filsafat pada mulanya digunakan oleh Phytagoras yang mengartikan bahwa
manusia dapat dikategorikan dalam tiga tipe. 1) manusia yang mencintai
kesenangan (those who loved pleasure),
2) manusia yang mencintai pekerjaan ( those
who loved activity), dan 3) manusia
yang mencintai kebijaksanaan ( those who
loved wisdom). Maksud wisdom di sini adalah
The concerned progress toward salvation in religious terms ( suatu upaya serius dalam
mewujudkan perdamaian sebagaiman dikatakan dalam istilah-istilah agama). Adapun
Socrates mengatakan bahwa peranan filsafat
adalah berpegang teguh pada ilmu pengetahuan melalui usaha menjelaskan
konsep-konsep (The gaining of conceptual
clarity).
Sedangkan arti kata tasawuf dan asal
katanya menjadi perdebatan para ahli bahasa. Ada yang mengatakan dari kata “shifa’’ artinya suci, bersih ibarat
kilat kaca, sebagian ulama mengatakan dari kata “shuff”, artinya bulu domba sebab orang yang memasuki tasawuf itu
memakai baju dari bulu domba, dan sebagian yang mengatakan diambil dari kata “shuffah”, ialah sekelompok sahabat nabi
yang mengasingkan dirinya di suatu tempat terpencil di samping mesjid nabi. Dan
menurut Ibnu khaldum ia mendefenisikan tasawuf adalah semacam ilmu
syariat yang timbul kemudian didalam agama, asalnya adalah bertekun ibadah dan
memutuskan hubungan dengan segala sesuatu selain Allah, hanya menghadap Allah
semata. Menolak hiasan-hiasan ,serta membenci perkara-perkara yang menipu orang
banyak, kelezatan harta benda,dan kemegahan dan menyendiri menuju jalan tuhan dalam khalwat dan ibadah.[3]
B.
Titik persamaan
Ilmu kalam, filsafat, dan tasawuf
mempunyai kemiripan objek kajian. Objek kajian ilmu kalam adalah ketuhanan
dan segala sesuatu yang berkaitan
dengannya, objek kajian filsafat
adalah masalah ketuhanan di samping masalah alam, manusia, dan segala
sesuatu yang ada. Sementara itu objek kajian tasawuf adalah tuhan, yakni
upaya-upaya pendekatan terhadapnya. Jadi, dilihat dari aspek objeknya ketiga
ilmu itu membahas masalah yang berkaitan dengan ketuhanan.[4]
Argumentasi filsafat, ilmu kalam
di bangun di atas dasar logika. Oleh karena itu , hasil kajiannya bersipat
spekulatif ( dugaan yang tak dapat di buktikan secara empiris, riset, dan
eksperimental).[5]
Kerelatifan hasil karya logika itu menyebabkan beragamnya kebenaran yang di
hasilkan.
Baik ilmu kalam, sebagaimana filsafat, maupun tasawuf berurusan dengan hal yang sama, yaitu
kebenaran. Ilmu kalam dengan metodenya sendiri berusaha mencari kebenaran tentang tuhan dan yang berkaitan dengannya. Filsafat dengan wataknya sendiri pula, berusaha
menghampiri kebenaran , baik tentang alam maupun manusia ( yang belum atau
tidak dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuan
karena berada di luar atau di
atas jangkauannya), atau tentang tuhan. Sementara itu tasawuf juga dengan metodenya yang tifikal berusaha menghampiri
kebenaran yang berkaitan dengan
perjalanan menuju tuhan.[6]
C. Titik
Perbedaan
Perbedaan diantara
ketiga ilmu tersebut terletak pada aspek metodologinya. Ilmu kalam,
sebagai ilmu yang menggunakan logika,
disamping argumentasi-argumentasi naqliyah berfungsi untuk mempertahankan
keyakinan ajaran agama, yang sangat tanpak apologinya. Pada dasarnya ilmu ini
menggunakan metode dialektika (jadaliyah) dikenal juga dengan istilah
dialog keagamaan, ilmu kalam berisi keyakinan-keyakinan kebenaran agama yang
dipertahankan melalui argumen-argemen rasional. Sebagian ilmuwan bahkan
mengatakan bahwa ilmu ini berisi keyakinan-keyakinan kebenaran, praktek dan
pelaksanaan ajaran agama, serta pengalaman keagamaan yang dijelaskan dengan
pendekatan rasional.
Sementara
itu, filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memproleh kebenaran
rasional. Metode yang digunakanpun adalah metode rasional. Filsafat menghampiri
kebenaran dengan cara menuangkan
(mengembarakan atau mengelanakan) akal budi secara radikal (mengakar)
dan integral (menyeluruh) serta universal (mengalam) tidak merasa
terikat oleh ikatan apapun, kecuali ikatan tangannnya sendiri yang bernama
logika. Peranan filsafat sebagaimana dikatakan Socrates adalah berpegang teguh pada ilmu pengetahuan melalui usaha
menjelaskan konsep-konsep (the gaining of
conceptual clarity).
Adapun ilmu tasawuf adalah ilmu
yang lebih menekankan rasa daripada rasio. Oleh sebab itu, filsafat dan tasawuf
sangat distingtif. Sebagai sebuah ilmu yang prosesnya diperoleh dari rasa, ilmu
tasawuf bersifat sangat subjektif, yakni
sangat berkaitan dengan pengalaman seseoarang.
itulah sebabnya, bahasa tasawuf
sering tanpak aneh bila dilihat dari aspek rasio. Hal ini karena pengalaman
rasa sangat sulit dibahasakan. Pengalaman rasa lebih mudah dirasakan langsung
oleh orang yang ingin memproleh kebenarannya dan mudah digambarkan dengan
bahasa lambang, sehingga sangat interpretable (dapat diinterpretasikan
bermacam-macam).
Sebagian orang memandang bahwa ketiga ilmu itu memiliki jenjang
tertentu. Jenjang pertama adalah ilmu kalam,
kemudian filsafat dan yang terakhir adalah ilmu tasawuf. Oleh sebab itu,
merupakan suatu kekeliruan apabila dialektika kefilsafatan atau tasawuf
teoretis diperkenalkan kepada masyarakat awam karena akan berdampak pada
terjadinya rational jumping (lompatan pemikiran). [7]
Perbedaan diantara ilmu tersebut terletak
pada aspek metodologinya yaitu:
Ilmu
kalam
1.
Sebagai ilmu yang menggunakan logika (disamping argumentasi-argumentasi
naqliyah).
2.
Berfungsi untuk mempertahankan keyakinan ajaran
agama yang sangat tampak nilai-nilai apologinya.
3.
Berisi keyakinan-keyakinan agama yang dipertahankan
melalui argumen-argumen rasional.
4.
Bermanfaat sebagai ilmu yang mengajak orang yang
baru untuk megenal rasio sebagai upaya untuk mengenal Tuhan secara rasional.
5.
Ilmu ini menggunakan metode dialektika (jadaliyah/
dialog keagamaan
6.
Berkembang menjadi teologi rasional dan
tradisional.
Filsafat
Sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh
kebenaran rasional.
1.
Menggunakan metode rasional.
2.
Berpegang teguh pada ilmu pengetahuan melalui usaha
menjelaskan konsep-konsep.
3.
Berperan sebagai ilmu yang mengajak kepada orang
yang mempunyai rasio secara prima untuk mengenal Tuhan secara lebih bebas
melalui pengamatan dan kajian alam dan ekosistemnya secara langsung.
4.
Berkembang
menjadi sains dan filsafat sendiri.
5. Kebenaran yang dihasilkan ilmu filsafat : kebenaran
korespondensi, koherensi, dan fragmatik.
Tasawuf
1. Lebih
menekankan rasa daripada rasio.
2. Bersifat
subyektif, yakni berkaitan dengan pengalaman.
3. Kebenaran
yang dihasilkan adalah kebenaran Hudhuri.
4. Berperan
sebagai ilmu yang memberi kepuasan kepada orang yang telah melepaskan rasionya
secara bebas karena tidak memperoleh apa yang ingin dicarinya.
5. Berkembang
menjadi tasawuf praktis dan teoritis.
D. Hubungan Ilmu Tasawuf dengan Ilmu Kalam
Dalam kaitannya dengan ilmu kalam, ilmu tasawuf berfungsi sebagai pemberi wawasan spritual
dalam pemahaman kalam.Penghayatan yang mendalam melalui hati (dzauq dan widan) terhadap ilmu tauhid atau ilmu kalam menjadikan ilmu ini
lebih terhayati atau teraplikasikan dalam perilaku. Dengan demikian,ilmu tasawuf
merupakan penyempurna ilmu tauhid jika dilihat dari sudut pandang bahwa ilmu tasawuf
merupakan sisi terapan rohaniah dari ilmu tauhid. Kajian-kajian mereka tentang
jiwa dalam pendekatan kefilsafatan ternyata telah banyak memberikan sumbangan
yang sangat berharga bagi kesempurnaan kajian tasawuf dalam dunia Islam.
Pemahaman tentang jiwa dan roh
itu sendiri menjadi hal yang esensial dalam tasawuf. Kajian kefilsafatan
tentang jiwa dan roh kemudian banyak dikembangkan dalam tasawuf. Namun, perlu juga
dicatat bahwa istilah yang lebih banyak dikembangkan dalam tasawuf adalah
istilah qalb (hati). Istilah qalb ini memang lebih spesifik dikembangkan dalam
tasawuf.Namun, tidak berarti bahwa istilah qalb tidak berpengaruh dengan roh
dan jiwa. Ilmu kalam pun berfungsi sebagai pengendali ilmu tasawuf. Oleh karena
itu, jika timbul suatu aliran yang bertentangan dengan akidah, atau lahir suatu
kepercayaan baru yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah, hal itu
merupakan penyimpangan atau penyelewengan. Jika bertentangan atau tidak pernah
diriwayatkan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, atau belum pernah diriwayatkan oleh
para ulama salaf, hal itu harus ditolak.[8]
Dr. Fuad Al-Ahwani di dalam bukunya Filsafat Islam tidak setuju kalau filsafat sama dengan ilmu kalam. Dengan alasan-alasan sebagai berikut: Karena ilmu kalam dasarnya adalah keagamaan atau ilmu agama. Sedangkan filsafat merupakan pembuktian intelektual. Obyek pembahasannya bagi ilmu kalam berdasar pada Allah SWT. dan sifat-sifat-Nya serta hubungan-Nya dengan alam dan manusia yang berada di bawah syariat-Nya. Objek filsafat adalah alam dan manusia serta pemikiran tentang prinsip wujud dan sebab-sebabnya. Seperti filosuf Aristoteles yang dapat membuktikan tentang sebab pertama yaitu Allah. Tetapi ada juga yang mengingkari adanya wujud Allah SWT. sebagaimana aliran materialisme. Selain itu, ilmu tasawuf mempunyai fungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebaan-perdebatan kalam. Sebagaimana disebutkan bahwa ilmu kalam dalam dunia Islam cenderung menjadi sebuah ilmu yang [9]mengandung muatan nasional, di samping muatan naqliah. Jika tidak diimbangi dengan kesadaran rohaniah, ilmu kalam dapat bergerak ke arah yang lebih liberal dan bebas. Disinilah ilmu tasawuf berfungsi memberi muatan rohaniah sehingga ilmu kalam tidak dikesani sebagai dialektika keislaman belaka, yang kering dari kesadaran penghayatan atau sentuhan secara qabliah (hati).
E. Hubungan Ilmu Tasawuf dengan Filsafat
Dr. Fuad Al-Ahwani di dalam bukunya Filsafat Islam tidak setuju kalau filsafat sama dengan ilmu kalam. Dengan alasan-alasan sebagai berikut: Karena ilmu kalam dasarnya adalah keagamaan atau ilmu agama. Sedangkan filsafat merupakan pembuktian intelektual. Obyek pembahasannya bagi ilmu kalam berdasar pada Allah SWT. dan sifat-sifat-Nya serta hubungan-Nya dengan alam dan manusia yang berada di bawah syariat-Nya. Objek filsafat adalah alam dan manusia serta pemikiran tentang prinsip wujud dan sebab-sebabnya. Seperti filosuf Aristoteles yang dapat membuktikan tentang sebab pertama yaitu Allah. Tetapi ada juga yang mengingkari adanya wujud Allah SWT. sebagaimana aliran materialisme. Selain itu, ilmu tasawuf mempunyai fungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam perdebaan-perdebatan kalam. Sebagaimana disebutkan bahwa ilmu kalam dalam dunia Islam cenderung menjadi sebuah ilmu yang [9]mengandung muatan nasional, di samping muatan naqliah. Jika tidak diimbangi dengan kesadaran rohaniah, ilmu kalam dapat bergerak ke arah yang lebih liberal dan bebas. Disinilah ilmu tasawuf berfungsi memberi muatan rohaniah sehingga ilmu kalam tidak dikesani sebagai dialektika keislaman belaka, yang kering dari kesadaran penghayatan atau sentuhan secara qabliah (hati).
E. Hubungan Ilmu Tasawuf dengan Filsafat
Kajian-kajian Al-Kindi,
Al-Farabi, Ibnu Sina dan Al-Ghazali tentang jiwa dalam pendekatan kefilsafatan
ternyata telah banyak memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi
kesempurnaan kajian tasawuf dalam dunia Islam. Pemahaman tentang jiwa dan roh
itu pun menjadi hal yang esensial dalam tasawuf.Kajian-kajian kefilsafatan tentang
jiwa dan roh kemudian banyak dikembangkan dalam tasawuf. Namun,perlu juga
dicatat bahwa istilah yang lebih banyak dikembangkan dalam tasawuf adalah
istilah qalb (hati). Istilah qalb ini memang lebih spesifik dikembangkan
dalam tasawuf. Namun, tidak berarti bahwa istilah qalb tidak berpengaruh terhadap roh dan jiwa.
F. Hubungan
Tasawuf, Ilmu Kalam dan Filsafat
Ketiganya
berusaha menemukan apa yangdisebut Kebenaran (al-haq). Kebenaran dalam Tasawuf
berupa tersingkapnya (kasyaf) Kebenaran Sejati (Allah melalui mata hati.
Kebenaran dalam Ilmu Kalam berupa diketahuinya kebenaran ajaran agama melalui penalaran
rasio lalu dirujukkan kepada nash (al-Qur’an & Hadis). Kebenaran dalam
Filsafat berupa kebenaran spekulatif tentang segala yang ada (wujud).Maka
ketiganya mendalami pencarian segala yang bersifat rahasia (gaib) yang dianggap
sebagai ‘kebenaran terjauh’ dimana tidak semua orang dapat melakukannya.
G. Titik Singgung
Antara Ilmu Kalam Dan Ilmu Tasawuf
Ilmu kalam, sebagai mana telah
disebutkan, merupakan disiplin ilmu keislaman yang mengedepankan pembicaraan tentang persoalan-persoalan
tuhan. Persoalan-persoalan kalam ini biasanya mengarah pada perbincangan yang
mendalam dengan dasar-dasar argumentasi,
baik rasional (aqliyah) maupun naqliyah. Argumentasi rasional yang dimaksudkan
adalah landasan pemahaman yang cenderung menggunakan metode berpikir filosofis,
sedangkan argumentasi naqliyah biasanya
bertendensi pada argumentasi berupa dalil-dalil
qur’an dan hadis. Ilmu kalam ini
hanya berkisar pada keyakinan-keyakinan yang harus dipegang oleh ummat islam ,
tanpa argumentasi rasional, ilmu ini lebih spesipik mengambil bentuk sendiri
dengan istilah ilmu tauhid atau ilmu aqa’id.
Pembicaraan materi yang tercakup
dalam ilmu kalam terkesan tidak menyentuh dzauq
(rasa rohaniah). Sebagai contoh, ilmu tauhid menerangkan bahwa Allah bersifat Sama’ (mendengar), Bashar
(melihat), Kalam (berbicara), Iradah (berkemauan), Qudrah (kuasa), Hayat (
hidup), dan sebagainya. Namun, ilmu kalam atau ilmu tauhid tidak menjelaskan
bagaimanakah seorang hamba dapat merasakan langsunng bahwa Allah mendengar dan
melihatnya.
Pada ilmu kalam ditemukan
pembahasan iman dan defenisinya, kekufuran dan manifestasinya, sertya
kemunafikan dan batasannya. Adapun pada ilmu tasawuf ditemukan pembahasan jalan atau metode
praktis untuk merasakan keyakinan dan ketentraman, serta berupaya menyelamatkan
diri dari kemunafikan. Dalam kaitannya
dengan ilmu kalam, ilmu tasawuf berfungsi sebagai pemberi wawasan spiritual dalam
pemahaman kalam. Penghayatan yang mendalam lewat hati (dzauq
dan widjan) terhadap ilmu tauhid atau ilmu kalam menjadikan ilmu ini lebih
terhayati atau teraplikasikan dalam prilaku. Dengan demikian, ilmu tasawuf
merupakan penyempurna ilmu tauhid jika dilihat bahwa ilmu tasawuf merupakan
sisi terapan rohaniyah dari ilmu tauhid.
Titik singgung antara ilmu kalam dan ilmu tasawuf
adalah sebagai berikut:
Ilmu Kalam
Dalam ilmu kalam di temukan
pembahasan iman yang definisinya, kekufuran dan menifestasinya serta
kemunafikan dan batasannya.Ilmu kalam berfungsi sebagai pengendali ilmu
tasawuf. Ilmu kalam dapat memberikan kontribusi kepada ilmu tasawuf.
Ilmu Tasawuf
Ilmu tasawuf merupakan penyempurnaan ilmu tauhid
(ilmu kalam). Ilmu tasawuf berfungsi sebagai wawasan spiritual dalam
pemahaman kalam. Ilmu tasawuf mempunyai fungsi sebagai pemberi kesadaran
rohaniah dalam perdebatan–perdebatan kalam. Amalan-amalan tasawuf
mempunyai pengaruh yang besar dalam ketauhidan.Dengan ilmu tasawuf, semua
persoalan yang berada dalam kajian ilmu tauhid (ilmu kalam) terasa lebih
bermakna, tidak kaku, tetapi lebih dinamis dan aplikatif.[10]
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………......... !
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………………………...
!!
BAB
I PENDAHULUAN……………………………………………………………………...
1
BAB
II PEMBAHASAN………………………………………………………………………
2
A.
Pengertian
ilmu kalam, filsafat, dan tasawuf…………………………………….. 2
B.
Titik
persamaan…………………………………………………………………...
3
C.
Titik
perbedaan…………………………………………………………………… 4
D.
Hubungan
ilmu tasawuf dengan ilmu kalam……………………………………... 6
E.
Hubungan
ilmu tasawuf dengan filsafat………………………………………….. 7
F.
Hubungan
tasawuf, ilmu kalam, dan filsafat……………………………………... 7
G.
Titik
singgung antara ilmu kalam dan tasawuf…………………………………... 8
BAB III PENUTUP………………………………………………………………………….... 10
A.
Kesimpulan………………………………………………………………………. 10
B.
Kritik
dan Saran………………………………………………………………….. 10
C.
Daftar
pustaka……………………………………………………………………. 11
PENDAHULUAN
Ilmu
kalam merupakan disiplin ilmu yang mengedepankan pembicaraan tentang
persoalan-persoalan kalam tuhan. Persoalan-persoalan kalam ini biasanya
mengarah pada perbincangan yang mendalam dengan dasar-dasar argumentasi, baik
rasional (aqliyah) maupun naqliyah.Argumentasi rasional yang dimaksud disini
adalah landasan pemahaman yang cenderung menggunakan metode berpikir filosofis. Pada
ilmu kalam ditemukan pembahasan iman defenisi dan manifestasi serta batasannya.
Adapun pada ilmu tasawuf ditemukan pembahasan jalan atau metode praktis untuk
merasakan keyakinan dan ketentraman, serta upaya menyelamatkan diri dari
kemunafikan. Sememtara itu, filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk
memproleh kebenaran rasional. Metode yang digunakanpun adalah metode rasional.
Baik
ilmu kalam, filsafat, maupun tasawuf berurusan dengan hal yang sama, yaitu
kebenaran. Ilmu kalam, dengan metodenya sendiri berusaha mencari kebenaran
tentang tuhan dan yang berkaitan dengannya. Sedangkan metode pembahasan
filsafat tidak dilandasi oleh apapun, yang penelitiannya diarahkan dengan
menggunakan rasio untuk membuktikan kebenaran sesuatu yang dituntut oleh
dali-dalil yang mereka cari, proses penelitian ini dilakukan secara bertahap
hingga sampai pada suatu kesimpulan yang diyakini kebenarannya. Sementara itu,
ilmu kalam dan tasawuf mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk mengetahui /
mengenal Allah dengan dalil-dalil yang pasti, akan tetapi untuk mencapai tujuan
tersebut kedua ilmu ini mempergunakan metode yang berbeda . upaya mencapai
tujuan tersebut ilmu kalam mempergunakan dalil-dalil yamg bersifat rasional sedangkan
tasawuf lebih menitik beratkan pada perasaan batin dan intuisi, serta tasawuf
juga dengan metodenya yang tipikal berusaha menghampiri kebenaran yang
berkaitan dengan perjalanan spiritual
menuju Allah.
Ilmu
kalam, filsafat, dan tasawuf memiliki hubungan, persaman,perbedaan, serta titik
singgung antara ilmu kalam dsan tasawuf yang akan di bahas pada bab kedua
nanti.
Dalam
makalah ini, masalah-masalah yang diuraikan adalah: pengertian ilmu
kalam,filsafat, dan tasawuf. titik
persamaan, titik perbedaan,hubungan ilmu tasawuf dengan ilmu kalam. hubungan
ilmu tasawuf dengan filsafat. hubungan tasawuf, ilmu kalam, dan filsafat. Dan
tiitk singgung antara ilmu kalam dan tasawuf. Untuk lebih jelasnya kita akan
sama-sama membahas tentang hubungan antara ilmu kalam, filsafat, dan tasawuf
sedikit banyaknya nanti di bab kedua.
DAFTAR PUSTAKA
Abd Ar-Raziq Musthafa, Tauhid Li
Tarikh Al- Falsafah Al- Islamiyah
(kairo: Pustaka Salman, 1959)
Hossein Nasr Seyyed, History Of
Islamic Philosophy (New York: Routledge, 1966)
Abduh Muhammad, Risalah Tauhid,
(Jakarta: Bulan Bintang,1965)
Toriquddin Moh, Skularitas Tasawuf
Dalam Dunia Modren ( Uin Malang Press:
2008)
Saifuddin Anshari Endang, Ilmu
filsafat dan Agama, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1990)
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu kalam adalah ilmu yang membicarakan
bagaimana menetapkan kepercayaan-kepercayaan keagamaan dengan bukti-bukti yang
meyakinkan, kemudian filsafat adalah
berasal dari kata philo yang berarti cinta dengan demikian filsafat adalah
mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha
menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia. Sementara tasawuf adalah suci, atau
keadaan yang selalu berorientasi kepada kesucian jiwa, mengutamakan panggilan
Allah, berpola hidup sederhana, mengutamakan kebenaran, dan rela berkorban demi
tujuan-tujuan yang lebih mulia disisi Allah.
Ilmu kalam, filsafat, dan tasawuf
mempunyai kemiripan objek kajian. Objek kajian ilmu kalam adalah ketuhanan dan
segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya. objek kajian filsafat adalah masalah
ketuhanan disamping masalah alam, manusia,
dan segala sesuatu yang ada. Objek
kajian tasawuf adalah tuhan, yakni upaya-upaya pendekatan terhadapnya.
Jadi, dilihat dari aspek objeknya, ketiga ilmu itu membahas masalah yang
berkaitan dengan ketuhanan. Perbedaan diantara ketiga ilmu tersebut terletak pada aspek metodologinya. Ilmu
kalam, sebagai ilmu yang menggunakan logika dan menggunakan metode dialektika
(jadaliyah) di kenal juga dengan dialog keagamaan. sementara filsafat adalah sebuah ilmu yang
digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional. Metode yang digunakanpun adalah
metode rasional. Adapun ilmu tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa
daripada rasio metode yang digunakan menurut sebagian pakar adalah intuisi,
atau ilham, atau inspirasi yang dating dari tuhan.
Ilmu kalam, sebagaimana telah disebutkan
terdahulu, merupakan disiplin ilmu yang mengedepankan pembicaraan tentang
persoalan-persoalan tuhan. Persoalan-persoalan kalam ini biasanya mengarah pada
erbincangan yang mendalam dengan dasar-dasar
argumentasi, baik rasional (aqliyah) maupun naqliyah. Ilmu kalam berfungsi
sebagai pengendali ilmu tasawuf, selain itu ilmu tasawuf juga mempunyai fungsi sebagai pemberi
kesadaran rohaniah adalam perdebatan-perdebatan kalam.
B. Kritik
dan saran
Kami
menyadari didalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kekhilafan, Hal ini
karena kurangnya sumber bacaan dan keterbatasan pemakalah. Oleh karena itu kami
sebagai pemakalah berharap akan kritik dan saran yang berguna bisa menjadikan
perbaikan makalah mendatang.
KATA
PENGANTAR
Segala puji penulis panjatkan ke hadirat
Allah yang telah membimbing manusia dengan
petunjuk-petunjuknya sebagaimana yang terkandung dalam Alquran dan
sunnah, petunjuk menuju ke jalan yang
lurus dan jalan yang diridhoinya. Demikian juga penulis, penulis bersyukur
kepadanya yang telah memudahkan penulisan makalah yang sederhana ini hingga
dapat terselesaikan dengan judul: HUBUNGAN ILMU KALAM,FILSAFAT, DAN TASAWUF.
Shalawat beserta salam semoga senantiasa
dihantarkan kepada junjungan Nabi Muhammad, para sahabat, keluarga, dan para
pengikutnya sampai di hari kiamat,terutama
pada para Ulama-ulama teologi islam, filosof-filosof ketuhanan tentang islam, serta bagi para sufi
yang telah rela berkorban demi tujuan-tujuan yang lebih mulia disisi Allah,
dengan berpola hidup sederhana, mengutamakan kebenaran, dan beroreintasi kepada
kesucian jiwa.
Tentunya dalam penulisan makalah ini
dengan segala keterbatasan, tidak lepas dari kekurangan, tetapi penulis telah
berusaha semaksimal mungkin untuk meminimalisir kekurangan-kekurangan tersebut.
Oleh karena itu, sangat diharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi
kesempurnaan penulisan makalah pada masa-masa berikutnya. Semoga bermanfaat
bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Amin.
Medan. Oktober 2012
Wassalam
Penulis
[1]
Musthafa Abd Ar-Raziq, Tamhid li Tarikh Al-Falsafah Al-Islamiyah,
hlm.1959, Seyyed Hossein Nasr, History of Islamic Philosophy,( New
Yor:,Routledge,1966)hlm.74-75
[2]
Muhamad Abduh, Risalah tauhid,(Jakarta:Bulan Bintang,1965)hlm.25
[3]
Moh. Toriquddin. Skularitas tasawuf,
Membumikan Tasawuf Dalam Dunia Modren. (Uin Malang Press:2008) hlm.
15-16
[4]
Ibid, Musthafa Abdul Raziq, hlm. 266
[5]
Endang Saifuddin Anshari, Ilmu Filsafat
dan Agama, (Surabaya:PT Bina Ilmu,1990) hlm. 174
[6]
Ibid Abdul Rozak,hlm.43
[7]
Ibid Abdul rojak, hlm. 40-43
[8] Ibid.
[9] Ibid.
[10] Ibid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar